Permasalahan Mata Pelajaran Tematik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar

Ardina Muthaharatul Fitriani

NIM. 19413244001

Pendidikan Sosiologi 2019 A

Mata Kuliah Kurikulum Pembelajaran Sosiologi

                                                            Dosen Pengampu: Aris Martiana, M.Si. & Datu Jatmiko, M.A.

( sumber: https://aipi.or.id/frontend/news/read/ )

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum – kurikulum sebeluimnya. Hal ini dilatarbelakangi karena perlunya perubahan kurikulum menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Muhammad Nuh, menyatakan bahwa ditengah perubahan zaman sistem pendidikan di Indonesia juga harus ikut menyesuaikan. Adanya pengembangan kurikulum 2013 ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan dunia. Pengembangan kurikulum 2013 ini telah melalui proses yang panjang dan kemudian disampaikan kepada publik untuk diterapkan dalam kebijakan pemerintah tentunya dengan penuh konsekuensi.

            Pemerintah akan mengubah kurikulum Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Orientasi dari pengembangan kurikulum 2013 sendiri yaitu tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi dimana peserta didik akan memiliki sikap yang kritis.

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Kruikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi, dimana pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dari SKL. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Landasaran kurikulum secara sosiologis, dimana peserta didik berasal dari masyarakat mendapatkan pendidikan baik informal, forma, maupun non formaldalam lingkungan masyarakat dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, kehidupan dalam masyarakat dan budaya diharapkan dapat menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Dengan demikian, sekolah harus bekerja sama dengan masyarakat dan program sekolah harus disusun dan diarahkan oleh masyarakat guna menunjang sekolah tersebut.

Terdapat tiga faktor yang masih menjadi alasan adanya pengembangan kurikulum 2013 yaitu pertama, tantangan masa depan dimana mengkikuti arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan diantaranya meliputi kemamuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Keempat, persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.

Namun, dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini, masih ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di beberapa wilayah. Berbagai macam permasalah terjadi diantaranya adalah masih banyak guru yang belum memahami dengan benar bagaimana implementasi kurikulum 2013, lalu kurangnya buku panduan pelajaran dari Pemerintah Pusat bahkan masih terjadi di beberapa sekolah yang mengalami permasalahan ini sehingga mengharuskan pihak sekolah mengunduh buku melalui internet dan kemudian menggandakannya, kemudian buku pegangan siswa juga masih terjadi masalah dimana belum cukup dan meratanya buku kurikulum 2013 ini bagi seluruh siswa, dan masih banyak permasalahan lagi.

Dalam hal ini saya mengangkat kasus dimana penerapan mata pelajaran tematik yang diterapkan di Sekolah Dasar. Permasalahan yang terjadi adalah dimana guru maupun peserta didik yang masih asing dengan mata pelakaran ini sehingga masih kurangnya pemahaman dari pihak guru maupun peserta didik.

( sumber: https://ayusyifasfr.wordpress.com/2017/12/19/pembelajaran-tematik-apakah-sudah-ideal/ )

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga dengan memperhatikan aspek pengetahuan, sikap/nilai maupun keterampilan di dalamnya. Menurut Trianto (2010:78) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasannya tema tersebut ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Dalam pembelajaran tematik antara mata pelajaran satu diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang lainnya dalam satu tema oembelajaran dengan menghubungkan berbagai sikap, keterampilan, gagasan, konsep dan nilai baik di dalamnya. Selain itu, dalam pembelajaran tematik, diarahkan menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Di SD Negeri 1 Karangtengah, guru masih kesulitan dalam menyusun RPP dimana guru tidak membuat RPP secara mandiri melainkan mengunduhnya dari internet maupun menggandakan RPP guru lain. Guru kesulitan dalam mengaitkan materi ke dalam satu pembelajaran. Media pembelajaran yang kurang lengkap dan kurang variatif. Artinya, masih rendahnya kesiapan, kreativitas, dan inovasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terintegrasi.

 Sumber: Kunandar (2007:320)

Analisis permasalahan tersebut dimulai dari kendala merancang RPP di kalanganan para guru. Karena memerlukan cukup banyak waktu dimana harus terbagi dengan mengajar, maka sehingga guru memilih untuk menggandakan RPP dari guru lain atau mengunduh melalui internet. Guru pernah beberapa kali telah membuat RPP, namun guru masih mengalami kesulitan untuk menentukan indikator dan juga tujuan pembelajaran.

Permasalahan selanjutnya adalah media pembelajaran di sekolah masih kurang lengkap. SD Negeri 1 Karangtengah ini belum meiliki LCD. LCD bukan menjadi keharusan media yang ada dalam pembelajaran, namun setidaknya denga nada LCD dapat memudahkan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran apalagi sekolah sudah memiliki sarana penunjagn lainnya seperti wifi, dan bahkan setiap guru sudah memiliki laptop sehingga dengan diberinya LCD akan lebih bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Permasalahan selanjutnya terdapat pada pemahaman guru mengenai pembelajaran tematik terintegrasi. Dalam hal ini guru masih bingung dalam mengimplementasikan pembelajaran. Pemisahan antar pelajaran tidak begitu jelas mengingat per tema pembelajaran terdiri dari beberapa pelajaran yang berkaitan. Guru kesulitan mengaitkan antar materi pembelajaran atau tema pembelajaran, guru masih sulit untuk mencari topik yang tepat agar semua mata pelajaran dapat berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Meski sudah diadakannya pelatihan bagi guru, tetapi belum semua guru dapat memahaminya dengan baik

Permasalahan selanjutnya terdapat pada guru kesulitan dalam menggunakan e-raport. Dalam penggunaan e-raport, guru garus mengisi raport mulai dari dara diri siswa sampai nilai siswa yang jumlahnya sangat banyak. Dimana salah satu guru tidak bisa mengoperasikan dengan lancar, alhasil ketika mengisi data guru tersebut mengalami kendala dan meminta bantuan pada guru lain. Dengan ini, guru harus memiliki kemampuan dalam mengoperasikan komputer dan memiliki ketelitian karena data dan nilai dari siswa yang diinput cukup banyak.

 

SOLUSI

Solusi dari permasalahan di atas yaitu dengan:

1)      Guru melaksanakan workshop.

Diperlukan adanya pelatihan bagi guru mengenai pelaksanaan pembelajaran tematik, penyusunan RPP, menentukan media maupun alat peraga yang sesuai dengan tema, termasuk dengan pelatihan komputer.

2)      Guru melalukan tutor sejawat.

Guru dapat belajar bersama dengan guru lain atau yang lebih mahir supaya guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.

 

Referensi:

LESTARI, D., Mulyadi, S. K., & SH, M. P. (2019). Analisis Problematika Guru Dalam Pembelajaran Tematik Terintegrasi Di Sd Negeri I Karangtengah Tahun 2018/2019 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Telaumbanua, Y. (2014). Analisis Permasalahan Implementasi Kurikulum 2013. Journal Polingua: Scientific Journal of Linguistics, Literature and Education3(1), 86-108.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Risiko Petani Akibat Irigasi Terhambat karena Renovasi Sungai

UAS SOSIOLOGI HUKUM: PERUBAHAN HUKUM DI INDONESIA

Resensi Buku "Mengendalikan Stres"